Sunday, April 4, 2010

Andai saja ber hompimpah bisa menyelesaikan masalah ....

Hompimpah alaiyum gambreng pok Ijah pakai baju rombeng....gambreng !..gambreng...!..
Kemudian terdengar lagi....suit..jreng!..suit jreng..!
Lucu memang melihat anak2 bermain hompimpah, jadi teringat masa2 kecil dulu.

Sore itu pengunjung pantai Anyer memang sedang banyak. Tapi riuhnya suara hompimpah tadi bukanlah suara anak-anak yang sedang mencari siapa diantara mereka harus berjaga dalam permainan petak umpet atau semacamnya, melainkan untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan hak atas sewa tikar dari pengunjung pantai. Mereka akan terus berhompimpah sampai dapat menentukan pemenangnya tanpa menghiraukan protes pengunjung yang sudah tidak sabar untuk menikmati semilir angin laut sambil duduk diatas tikar sewaan.
" supaya cepat dan biar semua dapat pakai nomer saja, jangan pakai hompimpah..." celetuk salah satu pengunjung ...

Usulan pengunjung bisa diterima tapi berhompimpah tetap dipilih sebagai solusi untuk menentukan pemenang.Sedangkan hasilnya akan mereka terima dengan lapang dada tanpa ada interupsi, zonder basa-basi, maupun iri dengki. Untuk selanjutnya tikar dengan harga sewa 10 rebu itu pun digelar, boleh dipakai sepuasnya. Adegan berikutnya mereka kembali tertawa-tawa bermain dengan teman sebaya sambil menunggu pengunjung berikutnya datang.

Begitulah ciri khas gaya anak-anak, simpel dan polos. Hati rasanya adem melihat kerukunan yang ikhlas diantara mereka. Ironis jika dibandingkan dengan perilaku orang dewasa yang sangat sarat dengan berbagai permasalahan. Ribut sudah menjadi bagian dari kebiasaan disamping juga sebagai bumbu penyedap dalam menyelesaikan setiap persoalan. Malah seolah menjadi semboyan yang sangat disukai saat ini "Kalau masih bisa diributkan kenapa tidak diributkan saja ?" Apalagi yg berkaitan dengan kekuasaan maupun uang, biyuh..biyuh..bisa bikin orang lupa daratan. Biar sudah diberi jatah tapi sifat rakus masih saja merayu manusia untuk merebut, mengembat atau mengangkangi hak orang lain.

Mungkin harus ada sosok penggede yang bisa dijadikan suri tauladan bagi rakyat biasa, tapi hare gene contoh model sudah susah dicari ( baca: memang masih ada ?). Atau mungkin orang dewasa perlu belajar kembali menjadi anak kecil, berfikir simpel jauh dari pura-pura dan tipu daya.
Melakukan sesuatu hanya karena satu tujuan bukan karena ada udang di balik tepung maupun karena adanya gula dibalik kerumunan semut.
Tapi bisa nggak yah...?
Argh... andai saja ber hompimpah bisa menyelesaikan masalah ....

No comments:

Post a Comment