Thursday, October 21, 2010

Kisah Nabi Sulaiman dengan Segala Mukjizatnya

Sumber: www.AnneAhira.com

Keistimewaan Nabi Sulaiman


Allah Swt telah mengaruniai Dawud dan Sulaiman ilmu Syariat dan hukum-hukumnya. Kedua nabi ini menikmati kadar kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka, maka keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari banyak hamba-Nya yang beriman dan tidak diberi ilmu, sebagaimana telah diberikan kepada kami.


Ketika Nabi Dawud meninggal, Nabi Sulaiman yang mewarisi kenabian kerajaan, karena ia putra satu-satunya. Kemudian, Nabi Sulaiman memanggil  para pejabat dan orang-orang pandai, untuk mengingatkan pada mereka akan kenikmatan-kenikmatan Allah atasnya serta mengakui karunia-Nya.


“Allah telah memberikan keutamaan kepadaku, maka ia mengajari aku bahasa hewan dan burung, dan menjadikan aku mengerti pembicaraan mereka. Ini disamping pemberian Allah kepada aku berupa kerajaan dan kenabian. Sesungguhnya kenikmatan-kenikmatan yang besar ini berasal dari keutamaan dan kebaikan-Nya. Hal itu jelas dan tidak samar bagi setiap orang.”


Pada suatu hari Sulaiman memanggil pasukannya, maka berkumpullah tentaranya berupa jin, manusia dan burung-burung yang berkumpul dengan taat kepadanya. Berangkatlah Sulaiman dengan pasukannya, hingga tiba di suatu lembah di mana banyak terdapat semut.


Maka Sulaiman mendengar seekor semut berkata kepada teman-temannya: ” Hai semut-semut, ini Sulaiman dan pasukannya berjalan menuju kalian, maka cepatlah bersembunyi di lubang-lubang, sehingga mereka tidak menghancurkan dan membinasakan kalian dengan injakan mereka, sedangkan mereka tidak merasakan kehadiran kalian.”


Sulaiman mendengar apa yang dikatakan semut, maka ia pun gembira atas hal itu dan ia pun merasa bersyukur atas pemberian Allah kepadanya berupa kenabian, keadilan, dan rahmat.


Maka ia pun berkata kepada Tuhannya: ”Wahai Tuhanku, jadikanlah aku selalu bersyukur atas kenikmatan-Mu dan masukanlah aku dengan keutamaan dan rahmat-Mu dalam golongan orang-orang saleh yang mendapatkan keridhoan-Mu."


 


Kenikmatan-kenikmatan yang Allah Swt Berikan Pada Sulaiman


Sebagaimana Sulaiman berdoa kepada Allah Swt agar mengampuninya, ia pun berdoa kepada-Nya agar memberikan kekuasaan yang tidak pernah diberikan kepada orang lain.


Maka Allah mengabulkan doanya dan memberikannya sebagai berikut:


Pertama, memberi kekuasaan atas angin untuk bertiup sesuai dengan perintahnya ke tempat yang dikehendakinya.


Kedua, Allah menundukkan setan-setan untuk melayani Sulaiman, di antara mereka ada yang bisa membangun istana-istana dan benteng-benteng. Selain itu, juga ada yang bertugas menyelam di laut untuk mengeluarkan mutiara-mutiara dan batu-batu mulia.


Kekuasaan ini semua disediakan Allah bagi Sulaiman, serta membolehkannya untuk bertindak menurut cara yang dikehendakinya. Di samping itu, dia juga mendapat kedudukan mulia di sisi Tuhannya dan tempat yang baik di akhirat, yaitu surga.


 


Sulaiman dan Ratu Saba’


Kerajaan Saba’ terletak di Yaman, kotanya bernama Ma’rib yang jarak perjalanannya tiga hari dari San’a.


Negeri ini dinamakan Saba’, karena di sana tinggal anak Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rib Qathan. Dinamakan Saba’, karena dia adalah raja Arab pertama yang menawan tawanan dan memasukan tawanan-tawanan keYaman.


Salah seorang ahli sejarah mengatakan; bahwa ia mendirikan kota Saba’ dan Sadd (bendungan) Ma’rib. Ketika terjadi banjir besar di Ma’riib, bercerai berailah pendudukan daerah ini dari Yaman, pergi ke segala arah, sehingga orang Arab sering membuat perumpamaan dengan mereka dalam hal bercerai berai.


Dalam kitab Perjanjian Lama, nama Saba’ disebut sebagai Syaba’, yaitu pusat perdagangan penting yang pedagangnya banyak dari kalangan orang-orang Ibrani. Kota ini terkenal kekayaannya berupa emas.


Dalam kitab Perjanjian Lama, disebutkan kisah kunjungan yang dilakukan oleh Ratu Saba’ kepada mengangkut minyak-minyak wangi dan emas yang banyak serta batu-batu mulia.


Penduduk Habasyah berpendapat, bahwa keluarga yang memerintah di sana berasal dari keturunan Sulaiman dan istrinya Ratu Saba’, yang mereka namakan Maqadah.


Di dalam Al-Qur’an telah diceritakan kisah kunjungan Ratu Saba’ kepada Sulaiman tanpa menyebut nama Ratu tersebut. Hanya ahli-ahli tafsir menyebutkan bahwa ia bernama Balqis.


 


Dialog Antara Burung Hudhud dan Sulaiman


Pada suatu hari Sulaiman mencari Hudhud, ia tidak menjumpainya. Maka Sulaiman berkata: ”Kemana gerangan burung Hudhud ini? Apakah ia telah menghilang? Bagaimana dia bisa menghilang tanpa sepengetahuanku?”


Timbul kemarahan Sulaiman, ia berniat menghukum burung Hudhud, mungkin dengan mencabut bulunya, mengurungnya di dalam kurungan atau dengan menyembelihnya. Hal itu akan dilakukan menurut kadar dosanya. Mungkin juga dimaafkan, bilamana ia datang dengan bukti dan alasan yang jelas.


Tidak lama kemudian Hudhud kembali seraya berkata: “Aku telah mengetahui apa yang tidak kau ketahui, aku baru saja kembali dari kerajaan Saba’ dengan membawa berita benar dan nyata."


Aku telah mendapatkan seorang perempuan yang memerintah kerajaan ini dan memiliki kekuasaan serta berbagai macam kenikmatan. Ia mempunyai singgasana besar yang dihiasi dengan permata-permata dan mutiara-mutiara, akan tetapi mereka tidak mengakui kenikmatan-kenikmatan Allah yang dicurahkan atas mereka dan tidak beriman kepada-Nya serta tidak menyembah-Nya, melainkan mereka menyembah matahari dan bersujud kepadanya, bukan kepada Allah.


Setan telah menyesatkan mereka, maka ia telah mengubah hati mereka dari jalan kebenaran, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk untuk menyembah Allah semata-mata.


Setan telah menyesatkan mereka dan menjauhkan mereka dari sujud kepada Allah yang berhak untuk disembah, karena Dialah yang telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang dikandung bumi, dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit, Dialah yang mengetahui isi hati dan perbuatan-perbuatan manusia, Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia yang memiliki singgasana yang agung.”


Ketika Hudhud selesai berbicara Sulaiman menjawab: ”Kami akan menyelidiki dan memastikan perkataanmu apakah engkau berkata benar atau berdusta.”


 


Surat dari Sulaiman Kepada Balqis


Untuk membuktikan kebenaran Hudhud, Sulaiman memberikan sepucuk surat dan menyuruh menyampaikannya kepada Balqis. Sulaiman berpesan supaya Hudhud mengawasinya dan mendengarkan jawaban mereka terhadap surat itu.


Terbanglah Hudhud dengan surat Sulaiman menuju kerajaan Saba’, dan  memberikan surat itu kepada Balqis yang menerima dan membacanya.


Kemudian ia mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan pejabat-pejabat kerajaan dan berkata kepada mereka: “Hai kaumku, aku telah mendapat surat ini dari Raja Sulaiman yang isinya sebagai berikut: “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Janganlah kalian sombong terhadap aku dan taatlah kalian kepadaku dan tunduklah kepada Allah saja.”


Setelah membaca surat itu, Balqis meminta nasihat orang-orang yang hadir mengenai isi surat itu. Maka berkatalah Balqis kepada mereka : “ Hai kaumku, kemukakanlah pendapat kalian mengenai urusan yang penting ini, karena aku tidak memberi keputusan dan melaksanakan urusan, kecuali di hadapan kalian dan setelah bermusyawarah dengan kalian.”


Para hadirin menjawab: “Kita memiliki kekuatan yang hebat dan jumlah yang besar. Kita juga mempunyai persiapan yang paling sempurna untuk berperang dan kami serahkan urusannya kepadamu, maka berilah perintah dan kami akan taat kepadamu.”


 


Jawaban Balqis Atas Surat Sulaiman


Balqis merasa bahwa kaumnya cenderung untuk berperang, ia memikirkan serta memperhitungkan akibat segala urusan. Maka ia ingin menjelaskan kepada mereka bahaya-bahaya perang, khususnya terhadap orang yang kalah.


Maka ia berkata: “Sesungguhnya raja-raja itu apabila memasuki dusun dalam keadaan perang, mereka pun merusak bangunannya dan membinasakan isinya serta menghinakan penghuninya. Demikian pula yang akan mereka lakukan jika mereka menang atas kita,”


Kemudian Balqis menyatakan pendapatnya seraya berkata: “Aku telah memutuskan untuk mengirim utusan-utusan dengan hadiah besar dan akan kita lihat pengaruhnya dalam jiwa mereka, karena kebiasaan raja-raja adalah jika menerima hadiah-hadiah yang baik, mereka membalasnya.


Maka apabila Sulaiman menerimanya, tahulah aku bahwa ia adalah raja yang senang menerima hadiah dan jika ia seorang nabi, maka ia hanya mengharapkan kita mengikuti agamanya, sebagaimana utusan-utusan ini akan kembali kepadaku membawa berita meyakinkan tentang besarnya kekuatan mereka."


Usai Balqis tiba di Palestina dengan membawa hadiah-hadiah bagi Sulaiman, maka utusan itu melihat kerajaan besar dan istana-istana serta pasukan yang bukan merupakan tandingan kerajaan Saba’.


Tatkala delegasi Balqis tampil di hadapan Sulaiman dan menyerahkan hadiah, Sulaiman menolaknya, karena ia tidak mengharapkan hadiah.


Sebaliknya ia hanya mengharapkan supaya Balqis beriman kepada Allah dam mengikuti sya’riat-Nya serta meninggalkan penyembahan matahari.


“Apakah kalian memberi hadiah kepadaku berupa harta, sedangkan Allah telah memberikan karunia kepadaku berupa kerajaan, menundukkan jin, manusia, serta burung sebagaimana Allah telah memberikan kenabian kapadaku. Maka aku tidak mempunyai ketamakan dalam harta, akan tetapi aku petunjuk bagi kalian.


Kalian tentu merasa gembira dengan hadiah yang diberikan kepada kalian, Karena kalian mencintai keduniaan, tetapi aku tidak membutuhkan semua itu,”  tandas Sulaiman.


Kemudian ia berbicara dengan pimpinan delegasi seraya berkata: “Pulanglah kepada kaummu dan kembalikanlah hadiah ini, beritahu kepada mereka apa yang engkau saksikan pada diri kami mengenai kerajaan dan kekuatan serta penyembahan kami kepada Allah, jika mereka beriman maka mereka selamat, dan jika mereka tetap dalam kekafirannya, maka demi Allah kami akan kirimkan kepada mereka pasukan yang tidak mampu mereka melawannya. Kami akan mengeluarkan mereka dari kota Saba’ sebagai tawanan yang hina dan sebagai budak-budak."


 


Singgasana Balqis di Hadapan Sulaiman


Delegasi Ratu Balqis kembali dam memberitahu ratunya tentang kekuatan Sulaiman dam penolakannya atas hadiah itu. Bahkan ia menegaskan sumpah Sulaiman berupa ancaman untuk menyerbu, jika Balqis menolak datang kepadanya.


Ketika Balqis memahami bahwa Sulaiman adalah seorang nabi yang diutus, maka ancaman itu benar adanya dan Balqis tidak akan sanggup menentang perintahnya.


Maka bersiap-siaplah Balqis bersama pemuka-pemuka kaumnya, untuk pergi kepadanya.


Sulaiman mengetahui perjalanan Balqis ke negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan kepadanya salah satu mukjizat yang dikhususkan Allah baginya, agar hal itu menjadi bukti atas kenabiannya.


Sulaiman berkata kepada jin yang berada di sekitarnya: “Siapakah di antara kalian yang sanggup mendatangkan singgasana Balqis kepadaku untuk melihat kekuasaan Allah berlangsung di hadapan mereka?” Jin Ifrit berkata: “Saya sanggup membawanya kepadamu, sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu di mana engkau mengadili dan menghukum.”


Konon Sulaiman duduk dari pagi hingga siang setiap hari, untuk memutuskan hukuman di antara orang-orang. Kemudian jin Ifrit ini menambahkan, bahwa ia sanggup membawanya dan bisa dipercaya terhadap permata-parmata yang terdapat disitu.


Akan tetapi salah seorang malaikat yang memiliki ilmu dari kitab-kitab samawi berkata: “Aku akan mendatangkannya lebih cepat dari kejapan mata.” Ia pun mendatangkan singgasana di hadapan Sulaiman.


Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu berada di hadapannya, ia berkata: “Pertolongan dan dukungan Allah dengan kehadiran singgasana, itu, adalah karunia Allah atas diriku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atas kenikmatan-Nya atau mengingkarinya.”


Sesungguhnya aku bersyukur kepada Tuhanku atas kenikmatan-kenikmatan-Nya dan manfaat syukur itu kembali kepada orang yang bersyukur, karena syukur itu menimbulkan tambahan kenikmatan dan kekekalan. Barang siapa tdak bersyukur, maka sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya dan Dia Maha Pemurah yang memberikan keutamaannya kepada makhluk-Nya.


Kemudian Sulaiman menyuruh orang-orangnya mengubah bentuk singgasana sedikit, untuk mengetahui kalau-kalau Balqis bisa mengenalinya setelah menyelidiki dan mengamatinya, atau barangkali ia tidak tahu bahwa ini adalah singgasana dan kursi kerajaan.


Tatkala Balqis tiba ditunjukanlah singgasananya kepadanya, maka ia pun berdiri kebingungan di depannya, karena di sana terdapat tanda-tanda yang menyebabkan dia bisa memutuskan bahwa itu adalah singgasana.


Ditanyakan kepada Balqis: “Apakah singgasana yang engkau lihat itu menyerupai singgasana yang engkau tinggalkan di negerimu?”


Balqis menjawab: “Barangkali benar.”


Setelah ia menyelidiki, yakinlah ia bahwa singgasana itu adalah kepunyaannya sendiri. Dan kedatangan singgasana sebelum kehadirannya itu merupakan mukjizat Sulaiman, khususnya bahwa singgasana itu terkunci di dalam istananya.


Oleh karena itu, berkatalah ia kepada Sulaiman: “Kami telah mengetahui  dengan kekuasaan Allah dan kebenaran kenabianmu dari mukjizat ini, dengan penyaksian kami terhadap perbuatan Hudhud. Dan apa yang didengar dari utusan-utusan kami kepadamu berupa ayat-ayat yang menunjukan hal itu, kami pun beriman sejak itu.


Adapun yang menghalangi kami untuk menampakkan iman kami ialah, karena kami berada di tengah-tengah kaum yang kokoh dalam kekafiran, dan inilah yang menyebabkan kami menyembunyikannya hingga akhirnya datang kepadamu."


 


Balqis di Istana Sulaiman


Sulaiman menunjukkan kepada Balqis tentang tenaga teknik yang khusus dimilikinya. Kemudian, dia pun menyuruh tenaga-tenaga ahli bangunan untuk membuat bangunan yang lantainya terbuat dari kaca tipis, rata dan mulus dengan mengalirkan air di bawahnya, sehingga lantai itu tampak seperti kolam air.


Kemudian, Sulaiman duduk di tengah lantai di atas tempat tidur raja dan ia menyuruh memanggil Balqis untuk menemuinya di istana.


Balqis dipanggil, lalu masuklah ia menemui Sulaiman, tercenganglah ia melihat lantai yang tampak seakan-akan penuh dengan air.


Maka ia pun menyingkapkan betisnya supaya tidak basah bajunya menurut dugaannya, dan berjalanlah ia di atas lantai.


Pada waktu itu Sulaiman memberitahukan kepadanya, bahwa lantai itu terbuat dari kaca yang tipis, mulus dan ini adalah pemandangan yang belum pernah disaksikan Balqis sebelumnya.


Kemudian tatkala Balqis melihat penghormatan Sulaiman yang sangat kepadanya dan melihat kebenaran yang terang yang tadinya tertutup darinya, ia pun menuju kepada Tuhannya seraya berkata: “ Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadap diriku dengan menyembah matahari, sekarang aku tunduh bersama Sulaiman kepada-Mu, wahai Tuhanku pemilik sekalian alam.” (Q.S. An-Naml: 44) 


 


Kematian Sulaiman


Al-Qur’an menyebutkan kematian Sulaiman dengan firman Allah Swt:


“ Tatkala sampai ajal Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kematian dari binatang rayap yang memakan tongkatnya. Tatkala ia roboh, tahulah jin-jin itu bahwa seandainya mereka mengetahui hal-hal yang gaib, tidaklah mereka tinggal dalam siksaan yang hina itu.”(Q.S. Saba’:14) 


Ahli-ahli tafsir memiliki banyak pendapat mengenai tafsir dari nash Al-Qur’an ini. Sebagian di antara ada yang tidak masuk akal dan yang paling mendekati dengan logika ialah yang diriwayatkan oleh Abdul Wahhab An-Najjar, bahwa Sulaiman telat wafat dan kematiannya tidak diketahui oleh jin, kecuali manusia dan ia pun dikubur.


Kemudian putranya menggantikannya sebagai raja, dan jin-jin di tempat-tempat yang jauh tidak berhenti bekerja karena takut dihukum oleh Sulaiman.


Sesudah lewat suatu masa, tahulah bahwa salah seorang jin bahwa Sulaiman telah wafat ketika ia melihat tongkatnya tergeletak di atas tanah.


Jin itu mengangkatnya, ternyata tongkat itu telah dimakan rayap. Maka ia mendapat petunjuk dari bekas gigitan rayap pada tongkat itu, bahwa Sulaiman telah membiarkannya tergeletak di atas tanah untuk masa yang lama. Ia tidak akan membiarkannya, kecuali bila terjadi peristiwa kematian. Maka jin itu menyelidikinya, dan tahulah mereka bahwa andaikata mereka mengetahui hal-hal gaib, tidaklah mereka harus terus menjalani siksaan yang menghinakan itu.

No comments:

Post a Comment